Tanggal 17 Juli 2015, hampir seluruh umat muslim di dunia ini merayakan hari kemenangan setelah hampir sebulan penuh berpuasa. Hampir sebulan penuh menahan hawa nafsu (katanya), haus dan lapar. Menahan hawa nafsu di siang hari dan awal bulan ramadhan begitu mudahnya. Tapi ketika memasuki seminggu terakhir menjelang lebaran tiba, nafsu berbelanja menggila. Pakaian dan aksesoris ketika hari kemenangan datang, hampir semua serba baru. Entag disadari atau tidak, bulan penuh berkah menjadi bulan dengan pengeluaran terbesar. Sangat besar.
Seperti kegundahan teman saya yang diungkapkan melalui whatsapp group. Seperti ini kurang lebih isinya,
"Kawan2 boleh mengucapkan saya apatis dan picik dalam beragama, tapi dengan jujur saya tak menikmati idul fitri. Saya menikmati hari yg biasa, saat manusia tdk lupa diri dengan sibuk ber haha hihi penuh topeng dan dusta, dan plesir sana sini sebagian terjebak pada zina.
Sebagai catatan rutin pertahun, peristiwa idul fitri membuat manusia indonesia banyak yg gila belanja, momen yg seharusnya berhemat krn di mulai dr puasa, dgn kecanggihan budaya, justru malah menjadi bulan yang boros.
Dan satu lagi yg tak terlewat, peristiwa idul fitri menjadi peristiwa kuburan masal, entah berapa ratus nyawa lagi tahun ini yg meregang, krn kecelakaan mudik dan berlalu lintas di jalan.
Saya sering bertanya, seharusnya peristiwa ini menjadi barokah, kok manusia malah menjadikannya sebagai bencana. Bencana anggaran, bencana mental, dan bencana bagi badan.
Tapi bagaimanapun, demi menghormati kegenitan zaman, saya tetap hrs mengucapkan, selamat ditipu perasangka 1436 H, semoga kita tdk menjadi korban bencana tahunan ini, kecuali cuma nyicip2 sedikit, biar ndak dikira menjadi pengikut aliran sesat oleh orang2 yg merasa dirinya paling suci dan paling benar.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, tanpa harus menunggu lebaran, Engkau tetap yang Maha Akbar Rabb, maafkan kekerdilan hamba, tak lihai mengikuti arus ketaqwaan masal ini."
Dipikir-pikir ada benarnya, setiap tahun data kecelakaan lalu lintas meningkat pesat di saat menjelang lebaran dan mudik. Demi berlebaran bersama, nyawa pun dijadikan taruhan.