May 20, 2018

Salam Indonesia: Tradisi Makan Tanah

Bulan Ramadhan ini, bulan yang penuh berkah, gw mau coba nulis tentang Trip Salam Indonesia. Trip ini adalah perjalan dari sebuah Tim yang dikomandani oleh Erix Soekamti. Bagi sebagian orang, mungkin tak banyak yang mengenal Erix Sokemati. Erix yang juga seorang vokalis Band Endank Soekamti juga melakukan kegiatan sosial, seperti mendirikan sekolah berbasis animasi dan programmer yang dinamakan DOES University.


Kalau bulan Ramadhan tahun lalu, Erix dan Band Endank Soekamti membuat album mereka di Pulau Lombok. Ramadhan tahun ini, Erix dan tim Trip Salam Indonesia menjelajah tempat-tempat di Indonesia untuk mengarsipkan budaya dan keragaman yang ada di Indonesia. Tim yang beisikan delapan orang ini resmi berangkat dari Jogja tanggal 11 Mei 2018 untuk menuju Labuan Bajo sebagai destinasi pertama mereka. Kurang lebih 30 hari lamanya Tim ini akan menyusuri Indonesia dari Timur Indonesia menuju Barat Indonesia.


Sebelum menyeberang ke Labuan Bajo, Tim sempat mampir ke daerah Tuban, tepatnya di Dusun Trowulan, Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding yang konon kabarnya terdapat tradisi "MAKAN TANAH". Tradisi Makan Tanah atau biasa disebut dengan "Makan Ampo" ini sudah turun temurun dan nyaris punah. Bagaimana tidak, cemilan Ampo ini terbuat dari tanah murni yang diambil dari sawah. Mbah Mar dan Mak Pi merupakan keluarga satu-satunya di Dusun ini yang masih membuat Ampo. 



Ada resep khusus dalam membuat Ampo. Mak Pi memilih tanah yang bersih dari kerikil dan menyimpannya dalam ruangan yang kedap cahaya dengan tujuan agar tanah tetap temmbab dan tidak kering. Tanah tersebut ditumbuk layaknya adonan dan dibentuk segi empat. Menggunakan bambu sebagai alat bantu, tanah yang yang sudah dibentuk kemudian dikikis membentuk gulungan layaknya kue semprong.




Ampo tidak perlu dibakar, Mak Pi hanya melakukan pengasapan pada Ampo sehingga bau sangit muncul karena Ampo yang diasapi. Proses pembuatannya pun tidak terlalu lama, hanya 2 jam sampai Ampo siap dimakan. Konon, munculnya Ampo ini dikarenakan orang tua jaman dahulu atau nenek moyang kita, waktu itu kesulitan untuk makan. Dan suatu ketika, mereka melihat rumah rayap yang dari tumpukan atau gundukan tanah yang tanpa sengaja dipindahkan didekat tungku. Rumah rayap tersebut terkena asap dari tungku yang menimbulkan bau sangit yang menurut mereka enak. Dicoba dimakan dan ternayata enak.



Tak menemukan rumah rayap, nenek moyang kita pun mengakalinya dengan membuat sendiri karena tahu kalau rumah rayap itu terbuat dari tanah. Saat ini, Ampo masih dijual dipasar Tuban dengan harga 10 ribu/kg. Penikmatnya biasanya adalah para orang tua dan wanita hamil karena ngidam. Selain itu, Ampo juga digunakan untuk acara syukuran, selametan saat musim tanam padi, sunatan dan acara adat lainnya.





Terlepas dari segi kesehatan, Tradisi Makan Tanah ini harus dilestarikan dan diregenerasikan. Karena tradisi ini merupakan aset Indonesia yang harus dijaga kelestarinnya.


(*) semua sumber cerita dan gambar dari www.salamindonesia.id

No comments: