Ceritanya awal bulan September 2017, gw trip bareng kantor setelah berbulan-bulan menabung mengumpulkan receh demi receh demi tercapainya trip ini. Belum ditentukan tuh, tripnya mau kemana, yang sudah ditentukan adalah waktunya. Pas sudah hari H, recehannya terkumpul, baru ditentukan kemana kita akan bersenang-senang.
Tanpa ba bi bu, muncul lah sebuah destinasi yang letaknya di Indonesia Timur. Sumba, NTT.
------- BLAAARR..!! --------
Destinasi yang akan dituju adalah Sumba, NTT. Trip yang adventure dan sudah dipastikan sinyal susah. Bukan apa-apa, bagi gw yang sudah ber
badan sixpack perut buncit, membuat gw sadar diri. Gw lebih cocok trip dengan konsep
city tour. Ditambah sinyal yang susah dan hanya bisa dijangkau di tempat tertentu dan hanya bisa satu provider, membuat gw susah komunikasi sama keluarga di rumah. Itulah
skeptis-nya gw dengan tujuan trip kali ini.
================================= T . A . P . I ==============================
Gw salah besar,
Sumba ternyata
the best. View yang diberikan sugguh indah, walaupun harus usaha sekuat tenaga. Emang bener sih, usaha tidak akan membohongi hasil..
|
Pantai Watumalando |
|
|
|
|
Tanjung Mareha |
|
|
Sunset di Pantai Bawana |
|
Untuk menikmati sunset yang indah itu ada usaha yang harus dijalani. Track yg sangat curam dan bisa dibilang licin, dan kira-kira 45 derajat kemiringannya.
|
Perjalanan masih jauh ke bawah |
|
|
Hari kedua, rugi rasanya kalau cuma dihabiskan tidur di kamar hotel (hotelnya pun tak mewah, karena kita bukan pinda tidur, hahaha). Beda hal-nya kalau menginap di Nihiwatu Hotel, ceritanya akan berbeda. Waktunya akan dihabiskan di hotel, haha. Kita menuju sebuah bukit untuk menyambut pagi. Bukit Ledongara.
|
Kalau sudah, ditutup ya lubangnya |
|
|
Setelah sarapan di hotel dan
chek out, perjalanan lanjut ke sebuah desa yang merupakan tempat tinggal penduduk asli dari Sumba. Tepatnya di Sumba Timur, Kampung Adat Ratenggaro. Kampung ini hanya ada beberapa rumah, mungkin hanya 20 - 25 rumah. Mereka masih menganut paham, banyak anak banyak rezeki. Tapi mereka tidak terlalu
primitive mereka sudah mengenal dunia luar dan kehidupan luar, walaupun masih sangat terbatas.
|
Fotografer difoto :D |
|
|
chit chat with local residents |
|
Rumat adat sedang direnovasi |
|
kampung adat Ratenggaro dari sisi belakang |
|
Di belakang Kampung Adat Ratenggaro ini terdapat pantai yang sangat indah dan sangat bersih. Pasirnya juga lembut. Dalam hal pemakaman, penduduk asli masih memegang tradisi atau kepercayaan leluhur mereka. Kepercayaan megalitik merupakan warisan yang sangat berharga bagi masyarakat Sumba. Jenazah dikubur dalam batu kubur, berbentuk kubus. Di Kampung Adat Ratenggaro, masih dijumpai batu kubur yang asalnya dari potongan batu yang disusun dibentuk kubus. Seiring dengan berjalannya waktu, batu kubur dari batu potong sudah mulai diganti dengan batu beton. Untuk membuat batu kubur, butuh biaya yang mahal dan perencanaan yang matang.
Setelah dari Kampung Adat Ratenggaro, perjalanan selanjutnya menuju Danau Weekuri. Danau ini berisi air payau dan seger banget buat berendam (buat yang bisa berenang) haha.
|
Danau Weekuri |
|
bisa mengambang dengan bantuan, haha!! |
|
panasnya terik! |
|
Bang, jangan dipant*atin dong, silau! |
Gak jauh dari Danau Weekuri, mungkin sekitar 15 menit perjalanan sampai di tujuan selanjutnya. Pantai Mandorak. Kabarnya, kawasan Pantai Mandorak terdapat villa yang dimiliki oleh seorang berkewarganegaraan Perancis.
|
Pantai Mandorak |
|
|
anak gaul baru Jakarta, berpose di pantai |
|
meratapi kejombloan |
|
Yakin gak mau ada yang nemenin disampingnya? |
Dan destinasi terakhir adalah Bukit Persaudaran. Lokasi ini tidak ada dalam
itinerary yang seharusnya adalah Pantai Walakiri. Setelah berdebat, diskusi alot, selama 7 hari 7 malam. Maka diputuskan untuk tidak ke Pantai Walakiri. Kita-kita sudah terlalu jatuh cinta dengan keindahan pantainya. Takut makin jatuh cinta. Bukit Persaudaraan adalah penggantinya.
|
bagus kan modelnya, eh! background-nya |
|
Fokusnya ke background-nya saja ya, jangan ke modelnya |
|
c'mon..! hup hup jump..! | | |
Trip ditutup di bukit ini. Bukit Persaudaraan. Semoga dengan semangat persaudaraan, bisa kembali lagi menyambangi Sumba,
explore Sumba lagi, menikmati keindahan Sumba yang lainnya.
Menikmati senja. Jangan nyalakan lampu sebelum senja selesai bertugas. Biarkan gelap datang untuk mengabarkan kepada senja. Tugasnya telah selesai.
|
nyunggi srengenge |
NB: Oh iya..! buat yang mau liburan ke Sumba, lengkap dengan segala paket wisata. Silahkan kunjungi www.exploresumba.com
4 comments:
indah sekali jd pingin sekali ke sana, indonesiaku memang indah
gila
danaunya bening banget
bakal betah
tapi kehidupan orang2nya juga seru buat dieksplor
subhanAllah, Indonesia emang cantiknya ngga ketulungan, makanya banyak yg pengin ngelamar, hihihi.. keep sharing about our beauty yaa^^
Seneng banget ya menyepi di sana. Orgnya ramah2 pula nampaknya.
Gpp sih ilang sinyal bbeerapa hari, emnikmati hidup tanpa inet dan gadget :D
Itu danaunya seger banget bikin pengen nyebur jg :D
Post a Comment